Pages

Gunung Cikuray










Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikurai mempunyai ketinggian 2.818 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.
Untuk mencapai Cikuray dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dari Bandung atau dari Tasikmalaya menuju terminal Guntur. Dari sana diteruskan dengan angkutan kota menuju jalur pendakian, (Cikajang, Bayongbong atau Dayeuh Manggung). Ketiga jalur tersebut menawarkan medan yang sangat menarik dengan karakteristik masing-masing. Jalur bayongbong adalah jalur yang paling terjal, tetapi dapat cepat sampai di puncak. Jika anda bukan warga Jabar, mendaki Cikurai mesti satu paket dengan Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Keduanya menawarkan medan pendakian yang menarik.
Karena letaknya paling tinggi di kabupaten Garut, kaki gunung Cikuray dipakai untuk stasiun pemancar TV swasta dan TVRI. Gunung Cikurai mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane dan Hutan Ericaceous.

di terminal Guntur-Garut angkot jurusan Cilawu (angkot abu2) menembus pasar tradisonal. Berhenti dipatrol pangkalan ojek, lalu kita naik ojek menuju pos pendakian dipemancar setelah sempat tawar menawar harag dengan tukang ojek. Mulanya perjalanan ojek melalui jalur aspal nan mulus melalui perkampungan penduduk namun kemudian motornya berbelok melalui jalur batu cadas memasuki jalur ofroad agak extreme juga kalau tidak lihai pasti sudah berkali-kali terjatuh, terlebih memasuki perekebunan teh, jalurnya berganti menjadi tanah becek, disini kita sempat turun dulu membiarkan tukang ojeknya bergelut dengan licinnya jalur bahkan hingga dituntun.

Jalur mulai menanjak ditengah2 kebun teh kita melintas, pemadangan sekitar indah dan segar menyapa rasanya ingin berhenti dulu untuk menikmati suasana namun ojeknya bergerak terus karena jalurnya tidak memungkinkan berhenti. Mendekati St pemancar motor ojek bebek yg gw sewa tidak mampu menanjak alhasi dioper ke motor 2 tak.
Tiba di St pemancar bertemu dengan 2 pendaki dari cianjur Adhit dan Viki yang kehilangan satu kerilnya ketika menginap dimasjid didalam terminal guntur semalam. St pemancar ini dijadikan pos awal pendakian meski bukan pos resmi karena tidak ada surat perizinan dan petugas perhutani untuk melapor, jadi pendakian ini dibilang tidak resmi. Sekitar jam ½ 9 kita mulai menanjak, jalur pertama melintasi perkebunan teh sembari menikmati pemadangan dan para pemetik teh, pemandangan luas menghampar yang tidak membatasi ruang gerak mata ini mengagumi karya indah sang pencipta. Mulai memasuki hutan jalur sudah mulai mendaki dan akan terus mendaki, rimbunnya hutan membantu kita dari sengatan panas matahari. Karena faktor umur juga pendaki dari cianjur yang ternyata masih berstatus pelajar berjalan trus meninggalkan kita yang berjalan terbatah2.
jalur cukup jelas apalagi masih tersisa jejak2 team SAR kemarin, ada juga tanda tali rapiah dipohon2 untuk menandakan posisi jalur. Meski kita sempat pula tersasar ketika kita bertemu dengan jalur bercabang, sempat curiga karena jalurnya tidak manusiawi karena melintasi batang pohon besar dan jurang ditepi menanti, hasilnya jalurnya buntu, untungnya tidak sampai jauh kita kembali kecabang jalan awal.
Karena waktu sudah cukup lama mendaki kita istirahat dulu sambil membuka bekal makanan santap siang dulu. Perut kenyang tenaga mulai fit lagi perjalanan menanjak lanjut lagi, cuaca kadang berkabut harap-harap cemas untuk hujan tidak sampai turun sampai kita tiba dipuncak, kadang matahari muncul kadang hilang lagi.
Kita sempat disenangkan ketika tiba dipuncak, namun anehnya masih tertutup pepohonan ternyata itu masih belum puncak, masih puncak bayangan perasaan senang buyar lagi jadinya sebelum jalan kita istirahat panjang dulu waktu masih jam 1 siang, cuaca mulai memburuk tanda2 hujan semakin terlihat jelas, jadinya kita bergegas lanjut jalan lagi. Melihat jalur yang mendatar suatu bonus tak terduga, namuan belum ada 100 meter jalurnya mulai mendaki lagi, bahkan lebih kejam, dengkul ketemu jidat sudah berkali-kali ditemui dengan beban keril dibahu semakin menguras tenaga, apalagi hujan rintik2 mulai turun buru2 mengeluarkan ponco hujan. Akhirnya setelah 1 jam berlalu dengan sisa tenaga yang tersisa sampai juga dipuncak.
Puncaknya ditandai dengan bangunan pos tembok batako, mesti tidak terawat dan kotor sampah sisa2 pendaki didalamnya cukup membantu menghindar dari hembusan angin, didalamnya kita keduluan Viki dan Adhit yang pasang tenda lebih dahulu. Numpang istirahat dulu ditenda mereka, merasa body gw udah udah drop jadi ga bisa berbuat apa2 liat yang lainnya masak tinggal makan.
Ketika cuaca sudah agak mendingan dari rintik hujan gw serahin tenda buat dipasang yang lainnya, begitu sudah terpasang gw segera merebahkan badan cari posisi untuk tidur karena cuaca diluar hujan terus jadinya tidak bisa menikmati sunset dan cukup menghabisakan hari itu dalam dekapan sleeping bag. Ditenda Joko suara saut2an dengkuran terdengar keras mungkin terlalu capek terlebih imam yang susah payah bisa sampai kepuncak.










1 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites